MEMPELAJARI GALAU
Galau,
kata yang sangat popular pada tahun ini, seperti yang dikatakan oleh
seorang Motivator Indonesia dalam sebuah acara TV, bahwa tahun ini
adalah "musim galau".Hampir semua mulut mengatakannya, setiap acara TV,
seminar, status di jejaring sosial, bahkan iklan-iklan pun bertema
galau. Entah mengapa virusnya terasa begitu menggelegar, hampir semua
orang menjadi galau dengan kata galau, dan begitu mudah dikatakan.
Padahal seperti yang kita tahu, bahwa sebuah kebiasaan/pengulangan akan
menjadikan itu sebuah kepribadian atau karakter, ujung-ujungnya stress
dan depresi. So, jangan aneh jika bangsa ini galau, karena pikiran,
perasaan dan sikap rakyatnya pun galau-galau.
Galau merupakan sebuah
kondisi psikologis atau mental yang terjadi pada seseorang sebagai
bentuk adanya emosi negatif atau gamangnya perasaan dalam ketidakpastian
sesuatu yang diterimanya. Kenapa hal itu terjadi? Hal ini karena banyak
dari kita yang hanya berharap tanpa melakukan sesuatu, hanya berharap
tanpa bertindak dan hanya bermimpi tanpa bekerja keras. Oleh karena itu
obatanya adalah sibuk. Orang yang sibuk tidak ada waktu untuk mengeluh.
Dahulu para rasul pun pernah galau, seperti halnya nabi Ibrahim yang
harus menyembelih anaknya ismail, Nabi Nuh yang harus meninggalkan anak
istrinya yang durhaka pada Allah Swt, dan lain sebagainya. So, apalagi
kita sebagai manusia biasa sangat wajar jika mengalami kegalauan. Hanya
saja yang membedakannya adalah seberapa lama kita mau larut dalam
kegalauan itu, mau cepat atau lama.
Kegalauan dapat berdampak
negatif maupun positif, tergantung database ataupun pengalaman “si
penderita galau”. Oleh karena itu manusia selain harus mampu menguasai
diri tetapi juga butuh control dari luar dirinya. Maksud dari control
dari luar adalah adanya orang yang mengingatkan dan menasehati kegalauan
kita. Bukankah dalam al-quran dikatakan, bahwa manusia yang beruntung
adalah mereka yang saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Mau
tak mau, pengaruh teman di sekitar kita mempengaruhi kegalauan kita.
Maka carilah dan bergaulah dengan orang-orang yang soleh alias bersikap
dan berkarakter positif .
Sadar maupun tak sadar kegalauan juga
memiliki dampak yang positif dalam kehidupan. Kegalauan adalah bukti
bahwa manusia itu normal. Kegalauan merupakan bukti bahwa manusia itu
berfikir dan mau maju. Dengan galau manusia akan merasakan hidup yang
sesungguhnya, dan jika dia berhasil menyelami kegalauannya dengan sikap
baik dan positif maka ia pun akan bertambah semakin dewasa dan bermakna
dalam kehidupannya.
Guru sehatku mengatakan dalam kuliah umumnya
suatu malam, bahwa kita wajib galau dalam enam hal. Pertama, galaulah
ketika kita tidak gila membaca. Kedua, galaulah ketika kita sehari tidak
bertambah teman atau link. Ketiga, galaulah ketika kita tidak
produktif. Keempat, galaulah ketika kita tak bertambah dream mapping dan
tak mencapainya. kelima, galaulah ketika ibadah kita tidak ada
peningkatan dan yang terakhir, galaulah ketika kita tidak memikirkan
jodoh.
So, bergalau rialah jika itu dapat membuat kita termotivasi
untuk bangkit dan berlari menuju apa yang menjadi hak kita dalam
kehidupan ini, bukan malah larut di dalamnya dan mematikan kehidupan
kita. Tersenyumlah dan tetap semangat dalam menikmati proses pendewasaan
diri melalu galaui. Ingat, kesuksesan seseorang bukan dilihat dari
hasil yang ia dapatkan, tetapi dari bagaimana ia melewati proses
kesuksesannya.Wallahu’alam bisshowaab.
*semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar