Rabu, 09 Mei 2012

MEMPELAJARI GALAU


Galau, kata yang sangat popular pada tahun ini, seperti yang dikatakan oleh seorang Motivator Indonesia dalam sebuah acara TV, bahwa tahun ini adalah "musim galau".Hampir semua mulut mengatakannya, setiap acara TV, seminar, status di jejaring sosial, bahkan iklan-iklan pun bertema galau. Entah mengapa virusnya terasa begitu menggelegar, hampir semua orang menjadi galau dengan kata galau, dan begitu mudah dikatakan. Padahal seperti yang kita tahu, bahwa sebuah kebiasaan/pengulangan akan menjadikan itu sebuah kepribadian atau karakter, ujung-ujungnya stress dan depresi. So, jangan aneh jika bangsa ini galau, karena pikiran, perasaan dan sikap rakyatnya pun galau-galau.
Galau merupakan sebuah kondisi psikologis atau mental yang terjadi pada seseorang sebagai bentuk adanya emosi negatif atau gamangnya perasaan dalam ketidakpastian sesuatu yang diterimanya. Kenapa hal itu terjadi? Hal ini karena banyak dari kita yang hanya berharap tanpa melakukan sesuatu, hanya berharap tanpa bertindak dan hanya bermimpi tanpa bekerja keras. Oleh karena itu obatanya adalah sibuk. Orang yang sibuk tidak ada waktu untuk mengeluh.
Dahulu para rasul pun pernah galau, seperti halnya nabi Ibrahim yang harus menyembelih anaknya ismail, Nabi Nuh yang harus meninggalkan anak istrinya yang durhaka pada Allah Swt, dan lain sebagainya. So, apalagi kita sebagai manusia biasa sangat wajar jika mengalami kegalauan. Hanya saja yang membedakannya adalah seberapa lama kita mau larut dalam kegalauan itu, mau cepat atau lama.
Kegalauan dapat berdampak negatif maupun positif, tergantung database ataupun pengalaman “si penderita galau”. Oleh karena itu manusia selain harus mampu menguasai diri tetapi juga butuh control dari luar dirinya. Maksud dari control dari luar adalah adanya orang yang mengingatkan dan menasehati kegalauan kita. Bukankah dalam al-quran dikatakan, bahwa manusia yang beruntung adalah mereka yang saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Mau tak mau, pengaruh teman di sekitar kita mempengaruhi kegalauan kita. Maka carilah dan bergaulah dengan orang-orang yang soleh alias bersikap dan berkarakter positif .
Sadar maupun tak sadar kegalauan juga memiliki dampak yang positif dalam kehidupan. Kegalauan adalah bukti bahwa manusia itu normal. Kegalauan merupakan bukti bahwa manusia itu berfikir dan mau maju. Dengan galau manusia akan merasakan hidup yang sesungguhnya, dan jika dia berhasil menyelami kegalauannya dengan sikap baik dan positif maka ia pun akan bertambah semakin dewasa dan bermakna dalam kehidupannya.
Guru sehatku mengatakan dalam kuliah umumnya suatu malam, bahwa kita wajib galau dalam enam hal. Pertama, galaulah ketika kita tidak gila membaca. Kedua, galaulah ketika kita sehari tidak bertambah teman atau link. Ketiga, galaulah ketika kita tidak produktif. Keempat, galaulah ketika kita tak bertambah dream mapping dan tak mencapainya. kelima, galaulah ketika ibadah kita tidak ada peningkatan dan yang terakhir, galaulah ketika kita tidak memikirkan jodoh.
So, bergalau rialah jika itu dapat membuat kita termotivasi untuk bangkit dan berlari menuju apa yang menjadi hak kita dalam kehidupan ini, bukan malah larut di dalamnya dan mematikan kehidupan kita. Tersenyumlah dan tetap semangat dalam menikmati proses pendewasaan diri melalu galaui. Ingat, kesuksesan seseorang bukan dilihat dari hasil yang ia dapatkan, tetapi dari bagaimana ia melewati proses kesuksesannya.Wallahu’alam bisshowaab.
*semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar